antri
pagi tadi, menunggu tutup bulan agustus, kebetulan ada hunn yang bantu jagai dua anak dirumah bisa aman aku ke bank hari ini.
melanjut kisah aku dan ibu disamping yang badannya gede ditopang kaki panjang dan langkah yang panjang pula bersama kisah kami yang panjang.
diantara sebaran orang² yang mengantri pagi ini, dua ibu persis didepanku yang baru datang 30menit setelah antrian 1-10 memulai aktivitas ibu² pada umumnya jika sudah bertemu. ngobrol

entah bagaimana mereka bisa seakrab itu aku ga tanya.sungguh ga ada kerjaan jika aku berani menanyakan hal tersebut.namun dari percakapan mereka yang benar ga di rem itu menunjukkan mereka baru bertemu hari itu dan langsung akrab.kayak aku sama ibu kaki panjang disamping. naluri yang sama,ibu² akan langsung akrab ketika bertemu ibu² bukan ketemu bapak²,kalo itu namanya ciri² velakor 😀
” iya bu, sejak covid ini memang antrian jadi panjang. dari mana ibu?”
” iya.ini saya aja nomor 25,lama ini. saya dari seberang bu” jawab lawan bicaranya yang bersedekap. tu aku bilangkan mereka baru bertemu, darimana?
” bisa sampai siang kita bu. bla bla…”
” iya bu, padahal saya sudah berusaha pagi tadi…bla bla bla”
aku hanya mendengar percakapan akrab mereka dengan sekaligus melihat tebakan social experiment dalam pikiranku.emang bener ya kalo 2 wanita bertemu tak sengaja di sikon yang sama maka akan sambung menyambung menjadi satu itulah Indonesiaaa (berubah jadi lagu).agak berdosa aku mendengar perbincangan mereka yang tanpa restu minta izin ikut curi mendengar.nyaring dan kodenya ga ada. yang lebih ga enaknya lagi ketika pembahasan antrian pagi ini merembet ke politik. bayangkan ibu² bahas politik, maka serba serbi yang bersangkut paut dengan segenap lini kehidupan pribadi juga sikap baiknya baik yang didukung dan lawan akan dikupas secara tuntas pagi itu juga.
” ibu , kemarin itu yang cabup no sekian kan datang ke kampung saya bawa masker,gula 1,kopi 1,teh 1,susu 1,beras sekilo”
“biasa bu,musim kampanye”balas ibunya menjawab dengan pengalaman yang matang menghadapi musim² selain kemarau dan hujan.
” iya bu, kita senang aja terima-terima,semoga nanti itu pak.. datang juga ke kampung kami bawa sembako juga” kata ibunya riang.riang dapat sembako gratis
” iya bu bla bla…” sambut ibu lawan bicara tak antusias karena panas pagi mulai menyerang.
sekitar 3 menit..
” ibu tahu kebakaran di toko A itu?” tanya ibu yang dapat sembako
” iya bu,yang semalam ribut² bunyi pemadam ya?!” bangkit lagi semangat ibu belum terima bls (bantuan langsung sembako)
” itu saya dengar² dari orang² penyebabnya lilin bu”
” ah masa bu? aduh kasian ya? padahal tokonya baru buka dan laris ya”
” tapi ada juga yang bilang karena persaingan bu..bla blaa”
” bisa jadi bu karena bla bla..”
aku ga tega mencaplok hak kekayaan intelektual mereka berdua.
” ini kalo sampai ga sempat ikut nikahan hari ini karena antri, bisa² marah orang² rumah tunggu saya” kata ibunya merubah topik
” siapa yang nikah bu? keluarga?”
” itu ada kenalan suami kebetulan anak tetangganya ini ajudan pimpinan kita kawinan hari ini.”
” oh,iya bu kebetulan juga anak saya kenal ama yang mau kawin bu. pernah satu sekolah mereka waktu SMP”
kan jadi panjang dah,sampe tetangga kenalan suami juga anak ikut serta,mulai nyambung serta seru.benakku. namanya juga dalam daerah wajar kalo ada yang kawin apalagi ada hubungan dengan pejabat akan langsung famous kayak lagu blackpink. maklum menuju desa berkembang. kayak motto kabupaten kami 😀🤭
aku ingin menutup telinga agar tak berdosa lagi. tapi aku ga berani takut ibu disampingku tersinggung,padahal dia ga ada ngomong politik ke aku selain bahas antrian yang pernah ia lalui
kembali ke kami dua ibu disampingku…
” sekarang itu mbak, dipegadaian pake buku rekening kalo dulu kan langsung setor aja”
” oh gitu ya bu.” sahutku sambil menatap ibu berdua di depanku
“kalo dipegadaian,apa aja yang bisa di gadaikan bu?” tanyaku tanpa basa basi. aku memang belum pernah transaksi disana kecuali antar my sister
“tanah,bpkb,emas,beli emas bla bla” jawabnya antusias
“banyak ya bu”
” iya mbak. begitu juga antriannya. kali kita datang siang bisa² ga dapat antrian”
aku menatap tanah bercampur semen di depanku. .menutup kisah ini. wanita selalu begitu ada yang bercerita, ada yang menyebarkan, ada yang menulis kembali. kami kumpulan emak² yang baru bertemu siap melanjutkan aktivitas hari ini bersama kisah-kisah yang berbeda. 🤸🧘💃🧚